SHARE
1 / 4
2 / 4
3 / 4
4 / 4

Istimewa

Sang suami, Ifa, turut gembira mendukung keputusan Kamila. Namun, masih ada masalah yang harus dihadapi. Sebagai anak yang lahir di keluarga pembuat film, dia mengingat saat kecil harus sering berjauhan dengan ayahnya, Garin, yang sibuk syuting di berbagai tempat. Kadang dia tidak berjumpa dengan Garin selama beberapa pekan, kadang juga sampai beberapa bulan. Tapi Kamila dan adik-adiknya selalu ditemani oleh ibu yang fokus mengurusi rumah tangga.

"Jadi ketika ayah kami sedang syuting dan bekerja, hidup kami tidak berubah karena selalu ada ibu di samping kami. Tapi dalam kasus saya, bakal berbeda karena saya dan suami sama-sama sutradara. Kalau kami sedang syuting, siapa yang akan menjaga anak?"

Kamila dan Ifa memutuskan untuk mengajak anak mereka ikut lokasi syuting, studio hingga festival film agar mereka tahu segala hal tentang dunia yang digeluti oleh ayah dan ibunya. Ketika masih kecil, Kamila mengenang dirinya tidak terlalu tahu banyak tentang pekerjaan ayahnya. Kali ini, dia ingin buah hati mereka memahami apa yang dikerjakan orangtuanya, dan seberapa besar cinta Kamila dan Ifa terhadap film.

Ia mengambil perumpamaan seorang petani yang bekerja sesuai musim. Kamila ingin anaknya tahu ada masa ketika dirinya punya waktu lebih untuk dihabiskan bersama anak, seperti saat pengembangan naskah dan penyuntingan, ada kalanya dia akan sibuk karena harus berada di lokasi syuting, ada kalanya sang ibu harus bepergian ke luar kota atau luar negeri untuk menghadiri festival-festival.

"Saya pengin mereka tahu semuanya, semua detailnya," kata Kamila yang membawa buah hati ke berbagai tempat bersamanya, termasuk ke lokasi syuting di mana dia bekerja sambil tetap menyusui anak.

Tantangan baru datang ketika anak-anak lebih besar karena dia tidak bisa leluasa membawa mereka ke tempat kerja saat mereka pergi sekolah.

"Untuk saya, film dan keluarga tidak terpisahkan. Film juga bagian dari keluarga saya. Menurut saya, penting untuk memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita bisa seperti itu."

Para aktris dan kru yang melihat Kamila tidak melepaskan perannya sebagai ibu di lokasi syuting kemudian melihat contoh bahwa hal itu memang memungkinkan. Dia juga mengizinkan kru dan aktris yang ingin membawa buah hati ke tempat kerja. Di sisi lain, dia memastikan semua kru tidak keberatan bekerja dengan sutradara yang juga seorang ibu yang kadang harus bekerja di lokasi syuting sambil mengurus keluarga.

"Tapi itu memang tidak mudah, jadi banyak juga sineas perempuan yang memilih mempekerjakan pengasuh untuk mengurus anak di rumah," kata Kamila.

Dia menjelaskan kepada Yukiko dan penonton di Tokyo bahwa memiliki pengasuh anak adalah hal lumrah di Indonesia, sesuatu yang mewah dan di negara seperti Jepang. Dalam hal ini, sutradara perempuan di Indonesia punya keleluasaan lebih karena dikelilingi lingkungan yang memudahkan mereka untuk bekerja. Sebuah keluarga biasa memiliki seorang asisten rumah tangga, bahkan ada keluarga yang mempekerjakan pengasuh yang berbeda untuk setiap anak.

Kamila mengaku takjub dengan sutradara perempuan di Jepang yang juga sibuk sebagai ibu tanpa bantuan pengasuh.

Yukiko Sode mengatakan dirinya merasa iri mendengar sistem pendukung di Indonesia yang berbeda dengan negaranya. Berkaca dari pengalamannya sendiri, ketika melahirkan anak pertama di Tokyo, sulit sekali mencari sekolah untuknya.

"Kadang perempuan harus berhenti bekerja demi mencari sekolah. Jadi saya pindah ke Kanazawa, cukup jauh dari Tokyo, dimana saya bisa langsung memasukkannya ke nursery school."

 

Halaman :
Tags
SHARE