SHARE

Istimewa

Sebelum menjadi saksi perjuangan para pemuda, Gedung Joang '45 yang dulunya merupakan kawasan hutan penuh pohon menteng --alasan di balik nama daerah ini- adalah Hotel Schomper yang paling megah di zamannya. Pilar-pilar marmer yang megah masih terlihat jelas hingga saat ini, ciri khas dari gedung-gedung yang kental dengan aya kolonial kuno. Hotel yang dibangun oleh perempuan Belanda L.C. Schomper pada 1938 ini khusus disinggahi oleh pedagang asing dan pejabat tinggi Belanda yang berada di Batavia.

Gedung ini punya ruang tamu yang luas di tengah bangunan, ruang makan di dekat dapur, gudang, tiga kamar untuk juru masak. Gedung ini diapit bangunan lain di kanan dan kiri yang membentuk dua sayap. Terdapat delapan kamar besar di sayap kanan dan lima kamar di sayap kiri. Kamar tersebut kini dijadikan untuk fungsi lain seperti ruang perpustakaan.

Pada 1942, hotel ini dikuasai barisan Propaganda Jepang Sendenbu dan diserahkan kepada para pemuda Indonesia seperti Adam Malik, Sukarni, Chaerul Saleh dan A.M.Hanafi. Tak lama, Gedung Menteng 31 menjadi markas Pusat Tenaga Rakyat dari badan pertahanan Jepang untuk mengendalikan kaum nasionalis. Namun, para pemuda meminta agar tempat ini bisa dipakai jadi pangkalan kegiatan gerak cepat komando pemuda antara pusat dan daerah.

Pengunjung museum disambut dengan profil-profil para pemuda yang punya andil dalam aksi merebut serta mempertahankan kemerdekaan, serta meja kerja dan kursi santai Bung Hatta yang terbuat dari rotan.

Terdapat pula seragam tentara masa lalu, kain bagor yang dipakai rakyat sebagai busana pada masa penjajahan Jepang sebagai pengganti katun yang langka, barang-barang anggota laskar putri yang turut berjuang, diorama peristiwa bersejarah seperti perumusan naskah proklamasi, serta senjata-senjata perlengkapan perang masa lampau hingga replika tandu Jenderal Soedirman.

Sebelum melihat versi aslinya di bagian belakang gedung, terdapat miniatur tiga mobil kepresidenan bersejarah yang dulunya dipakai oleh presiden dan wakil presiden pertama RI.

Di bagian belakang gedung, terdapat ruangan besar dengan kaca transparan yang menjadi garasi dari tiga mobil bersejarah. Namun, hanya ada dua mobil yang ada di situ karena salah satunya sedang dipamerkan sementara di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat.

Mobil yang dipamerkan di Sarinah punya plat nomor bertuliskan REP-1 keluaran Buick Motor Division dan rilis pada tahun 1939. Mobil kepresidenan pertama yang dimiliki pemerintah Indonesia dan digunakan oleh Presiden Soekarno sebagai kendaraan dinas pada 1945-1949 ini merupakan "barang curian" yang dimiliki oleh Departemen Perhubungan Jepang. Sudiro, sahabat Soekarno, merayu supir mobil REP-1 untuk memberikan kunci mobil kepadanya. Singkat cerita, mobil Buick-8 itu akhirnya dibawa ke kediaman Soekarno dan menjadi mobil dinas selama bertugas menjadi presiden.

Halaman :
Tags
SHARE