SHARE

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Minggu mengatakan akan ada konsekuensi serius jika China mengirim senjata ke Rusia untuk perang di Ukraina.

CARAPANDANG - Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Minggu mengatakan akan ada konsekuensi serius jika China mengirim senjata ke Rusia untuk perang di Ukraina.

Saat diwawancarai dalam program "State of the Union" di CNN, dia mengatakan bahwa keputusan membantu Moskow, termasuk memberikan bantuan militer, ada di tangan Beijing sendiri.

"... tetapi jika itu yang terjadi, akan ada konsekuensi yang harus ditanggung China," kata Sullivan.

Dalam wawancara terpisah dengan program "This Week" di ABC, dia mengatakan China belum mengirimkan bantuan itu, tetapi juga belum mengesampingkan opsi tersebut.

Pejabat AS telah memperingatkan pejabat China dalam forum tertutup tentang akibat yang akan ditanggung jika mengirimkan senjata ke Rusia, kata Sullivan.

Namun, dia tidak menjelaskan lebih jauh tentang pembicaraan tertutup itu.

AS dan para sekutunya di pakta pertahanan NATO ramai-ramai memperingatkan China tentang hal itu dalam beberapa hari terakhir.

Mereka mengeluarkan pernyataan terbuka tentang keyakinan mereka bahwa China sedang mempertimbangkan untuk memberikan peralatan mematikan kepada Rusia.

Direktur CIA William Burns juga telah memberikan komentarnya pada Minggu.

"Kami yakin bahwa pemimpin China sedang mempertimbangkan bantuan peralatan mematikan. Kami juga belum melihat keputusan final sudah dibuat (China), dan kami belum melihat bukti adanya pengiriman peralatan mematikan," kata Burns dalam program "Face the Nation" di CBS.

Anggota DPR AS dari Partai Republik Michael McCaul, yang mengetuai Komite Urusan Luar Negeri, mengatakan dalam "This Week" bahwa intelijen AS menunjukkan bahwa drone termasuk di antara senjata mematikan yang dipertimbangkan China untuk dikirim ke Rusia.

Presiden AS Joe Biden bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy di Kiev, Senin lalu dan menjanjikan bantuan baru bagi Ukraina senilai 500 juta dolar (sekitar Rp7,6 triliun).

Pekan lalu menandai satu tahun invasi Rusia di Ukraina yang disebut oleh Moskow sebagai "operasi militer khusus".

AS sejauh ini telah menjadi pemasok bantuan militer terbesar ke Ukraina untuk membantu negara itu melawan pasukan Rusia yang peralatannya lebih baik.

Ukraina bersiap menghadapi serangan besar-besaran dari Rusia dalam waktu dekat.