SHARE

Ilustrasi | Istimewa

CARAPANDANG - Dilansir CNBCIndonesia. Klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi 1,5 tahun. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran melonjak menjadi tanda pasar tenaga kerja yang mulai melemah.

Laporan tersebut dipandang konsisten dengan ekspektasi sebagian besar ekonom tentang resesi pada akhir tahun.

Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara AS meningkat 22.000 menjadi 264.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 6 Mei, ini menjadi tertinggi sejak Oktober 2021. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 245.000 klaim untuk minggu terakhir.

Klaim rata-rata selama empat minggu yang dianggap sebagai ukuran tren pasar tenaga kerja yang lebih baik karena menghapus volatilitas minggu ke minggu, naik 6.000 menjadi 245.250, level tertinggi sejak November 2021.

Ekonom mengatakan klaim dalam kisaran 270.000-300.000 akan menandakan penurunan di pasar tenaga kerja. Lonjakan minggu lalu dapat menandai dimulainya tren kenaikan karena efek kumulatif dan efek dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) meluas dalam perekonomian. PHK, yang awalnya terkonsentrasi di sektor teknologi dan perumahan, tampaknya menyebar ke industri lain karena perusahaan menghadapi permintaan yang lemah.

AS Wajib Resesi

Pasar tenaga kerja yang kuat ditambah dengan upah terus tinggi maka membuat masyarakat AS akan terus meningkatkan aktivitas belanja dan membuat harga barang dan jasa terus meningkat. Hal ini menyebabkan inflasi menjadi sulit turun. Upah naik, maka inflasi di AS juga akan naik.

AS membutuhkan resesi untuk meredam inflasi. Mau tidak mau dibutuhkan pengangguran yang tinggi agar inflasinya turun.

Dampak Terhadap Indonesia

Ketika Amerika Serikat mengalami resesi, rupiah bisa diuntungkan. Sebab, ekspektasi The Fed akan memangkas suku bunganya tentunya akan semakin menguat. The Fed masih menaikkan suku bunga pada bulan ini, sementara Bank Indonesia sudah lama menghentikannya. Tetapi nyatanya nilai tukar rupiah masih kuat, sepanjang tahun ini penguatannya sekitar 5,2% dan menjadi mata uang terbaik ketiga di dunia. 

Apalagi jika The Fed nantinya benar memangkas suku bunga, rupiah tentunya berpeluang lebih kuat lagi. 

Namun di sisi lain, resesi yang dialami Amerika Serikat bisa berdampak pada ekspor Indonesia, sebab merupakan pasar ekspor terbesar kedua setelah China. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan sepanjang 2022 ekspor Indonesia ke Amerika Serikat nilainya mencapai US$ 28 miliar, berkontribusi sebesar 10% dari total ekspor. 

Ketika resesi terjadi, permintaan dari Amerika Serikat berisiko menurun. 



Tags
SHARE