Di antara pencapaian lainnya, BRICS telah membentuk dua mekanisme kerja sama penting: New Development Bank (NDB) dan Contingent Reserve Arrangement (CRA). Mekanisme terakhir memberikan dukungan bagi negara-negara yang menghadapi keadaan darurat keuangan.
"Semua pengaturan, pertemuan, dan konferensi tingkat tinggi (KTT) ini menyediakan kerangka kerja kelembagaan bagi negara-negara anggota untuk mempromosikan koordinasi dan interaksi," kata Saad.
Saad mengutip Mesir sebagai contoh negara yang mendapat manfaat dari interaksi mereka dengan BRICS sebelum resmi bergabung. Dia menekankan partisipasi Mesir dalam pertemuan puncak BRICS sejak 2017, keanggotaannya di NDB, dan peningkatan kerja samanya dengan China, Rusia, dan India di beberapa sektor.
Dia mengatakan semangat BRICS mencerminkan prinsip-prinsip yang telah lama diperjuangkan oleh China dan negara-negara pendiri lainnya, menambahkan bahwa kelompok tersebut didirikan di dunia yang ditandai oleh ketidakadilan dan kontradiksi.
Saad menilai semakin banyaknya permintaan untuk bergabung dengan BRICS merupakan tanda kebencian terhadap hegemoni Barat, kemunafikan, standar ganda, serta pengabaian terhadap multilateralisme dan prinsip-prinsip PBB.
"Setiap masyarakat memiliki warisan, budaya, dan tradisinya sendiri yang harus dihormati. Jadi, tidak masuk akal lagi jika Barat merasa dapat memonopoli tatanan ekonomi atau keuangan global," katanya.