Hal ini lantaran frekuensi pernapasan saat istirahat pada penderita Alzheimer secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut, temuan ini menunjukkan kemungkinan mendeteksi Alzheimer melalui teknik yang sederhana, non-invasif, dan murah.
Namun, laju pernapasan saja mungkin tidak cukup untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer, karena banyak faktor lain yang dapat memengaruhi fungsi pernapasan seseorang, para peneliti percaya penemuan mereka dapat membuka pintu ke area baru dalam deteksi dini dan penelitian masa depan.
"Ini adalah penemuan menarik, menurut saya, penemuan revolusioner yang dapat membuka dunia baru dalam studi penyakit Alzheimer. Kemungkinan besar ini mencerminkan peradangan, mungkin di otak, yang jika terdeteksi mungkin dapat diobati dan kondisi Alzheimer yang parah dapat dicegah di masa mendatang," Stefanovska menambahkan.