SHARE

Guru Belajar dan Berbagi Stimulus untuk anak usia dini (Ditjen GTK)

CARAPANDANG.COM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar seri webinar untuk guru dan tenaga kependidikan guna mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Seri webinar ini digelar oleh setiap direktorat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Ditjen GTK selama 25 hari setiap hari Senin-Jumat mulai 31 Mei hingga 2 Juli 2021.

Bertajuk “Stimulus Perkembangan Kerja Otak Menghadapi PTM”, Praktisi Neurosains Terapan, Anne Gracia mengungkap tentang gangguan proses integrasi (pematangan) serta stimulus yang dapat diterapkan untuk anak usia dini. Webinar lengkapnya dapat disimak di: https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/video/seri-webinar-guru-belajar-stimulus-perkembangan-kerja-otak-lingkungan-bermain-aman-berkualitas/.

Pada periode pandemi, proses integrasi atau pematangan mengalami gangguan kebiasaan. Anak usia dini yang biasanya teratur polanya dari bangun tidur hingga berangkat sekolah, mengalami perubahan kebiasaan. Pada pembelajaran jarak jauh (PJJ), anak bisa masih menggunakan piama, sementara orang tua juga masih belum bersiap (baik itu masih menggunakan celana pendek ataupun rambutnya memakai rol). Pola makan serta pola belajar anak pun menjadi tak teratur di masa pagebluk Covid-19.

“Serumah mengalami perubahan kebiasaan. Bagi anak ini gangguan terhadap proses integrasi atau pematangan. Integrasi koneksi ke otak kiri, untuk disiplin, gagal, mundur,” kata Anne Gracia, Senin (31/5/2021).

Gangguan proses integrasi (pematangan) lainnya yakni terkait ruang gerak. Selama di rumah saja, anak usia dini tidak bergerak dengan leluasa.

“Kematangan kendali terhadap besar energi untuk bergerak kanan-kiri menurun. Kemampuan dia mengenal rentang tubuh dia, tangan (range of motion) dari persendian dia menurun,” jelas Anne.

Anak usia dini juga mendengar banyak suara yang tidak sinergi. Ayahnya mungkin sedang rapat secara virtual, ibunya sedang menelepon, kakaknya sedang bermain gim.

“Audio yang biasanya mendengar banyak bunyi-bunyian. Tidak bicara yang targetting ke anak, beda dengan di sekolah. Kalau di sekolah, guru bicara ke anak,” ujar Anne yang juga merupakan Owner & Founder Vigor.

Gangguan proses integrasi (pematangan) lainnya bagi anak usia dini yakni visual. Pandangan menjadi lebih dekat dengan cahaya yang tajam (dari gadget, televisi), bukan cahaya alam.

“Semua perubahan ini akan memengaruhi perkembangan pematangan seorang anak. Karena anak prosesnya baru bentuk sirkuit. Kalau kita orang dewasa, penurunan,” tutur Anne Gracia.

Stimulus melalui Gerak dan Lagu

 Dengan segala kondisi tersebut, lantas apa yang harus dilakukan kala pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas dilakukan? Anne memberi tips dengan memberikan stimulus kepada anak usia dini melalui gerak dan lagu.

“Di masa awal pertemuan tatap muka yang baru, usahakan anak mendapatkan aktivitas komprehensif, tetapi sekalian memberikan arahan tentang protokol kesehatan. Caranya dengan menggunakan gerak dan lagu,” ucapnya.

“Anak-anak itu bernyanyi tangannya terentang. Jadi dia akan belajar kembali tentang jarak. Kalau mau baris enggak menyentuh ya. Pakai rentang depan. Bernyanyi jauh-jauhan. Ajak mereka untuk membangun awareness tentang jarak,” sambung Anne.

Bernyanyi bermanfaat untuk mengembalikan kendali suara, serta sensitivitas suara.

“Dengan mereka bernyanyi, mereka akan mendapatkan kembali sensitivitas suara, baik suara pribadi, suara teman-temannya, tapi yang bersama-sama di lagu yang sama,” saran Anne.

“Kalau lagu, bernyanyi bersama, semuanya bareng, sinergi. Temponya kan sama karena bernyanyi bareng-bareng. Bernyanyi sambil jalan di tempat, membangun kembali detak jantung yang berirama untuk anak, sehingga anak akan mendapatkan derap keteraturan kembali,” tips dari Praktisi Neurosains Terapan, Anne Gracia.